
SURABAYA | brigadepasopati.com – Universitas Airlangga kembali menggelar prosesi Wisuda, pada Sabtu (26/4/2025) periode ke-251, bertempat di Airlangga Convention Center (ACC), Kampus MERR-C UNAIR. Sebanyak 1.753 wisudawan dari berbagai jenjang, mulai dari Diploma, Sarjana, Magister, hingga Doktor resmi dilepas oleh Rektor UNAIR, Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak.
Dalam suasana penuh haru dan semangat, Prof Nasih menyampaikan pesan mendalam kepada para lulusan dan keluarga yang turut hadir. Rektor UNAIR menegaskan bahwa Wisuda bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju babak baru yang menuntut kesiapan lebih besar.
Melalui sambutannya, Prof Nasih merefleksikan situasi dunia yang menurutnya sedang tidak baik-baik saja. Rektor UNAIR menyoroti krisis multidimensi yang terjadi di berbagai belahan dunia, mulai dari konflik Timur Tengah dan Ukraina, hingga kebijakan-kebijakan global yang berdampak langsung pada dunia akademik.
“Dunia sedang tidak baik-baik saja. Bahkan independensi kampus di luar negeri pun terancam karena kebijakan politik. Maka penting bagi lulusan UNAIR untuk tidak hanya berilmu, tapi juga tangguh dan adaptif menghadapi dunia yang cepat berubah,” tegas Rektor UNAIR.
Prof. Nasih berpesan bahwa penting memiliki rasa percaya diri. Namun kepercayaan diri yang tidak diiringi dengan kesadaran untuk terus belajar justru dapat menjadi kelemahan tersembunyi. Banyak lulusan, ujar Prof. Nasih, merasa telah cukup pandai dan berhenti mengembangkan diri, padahal dunia kerja menuntut adaptasi dan pembelajaran tanpa henti.
Rektor UNAIR menekankan bahwa dunia pasca-wisuda akan selalu berubah dan hanya mereka yang bersedia belajar lagi dan beradaptasi yang akan tetap relevan dan unggul. “Anda lulusan dari Perguruan Tinggi terbaik. Tetap percaya diri dan dan harus dibarengi dengan kerendahan hati serta semangat belajar yang tak pernah padam,” pesan Prof. Nasih.
Di akhir sambutannya, Prof Nasih menekankan nilai pembelajar sejati sebagai bekal utama para wisudawan dalam memasuki dunia nyata. Belajar, menurutnya, harus menjadi prinsip hidup yang dijunjung tinggi. “Euforia Wisuda boleh, tapi jangan berlama-lama. Dunia kerja menanti. Tantangan ke depan akan lebih kompleks. Maka belajar sepanjang hayat adalah harga mati bagi siapa pun yang ingin bertahan dan unggul,” tutur Prof. Nasih.
Rektor UNAIR juga mengutip konsep pembelajaran dalam Islam yakni ‘Belajarlah dari dalam kandungan hingga ke liang lahat.’ Sebuah seruan yang relevan bagi para lulusan untuk tidak pernah berhenti mengasah kompetensi, baik secara akademik maupun personal. (*)