Kajian Publik Di Museum 10 Nopember Charles Pendiri GCTA Dorong Generasi Muda Mengenal Jejak Perjuangan Bangsa

SURABAYA | brigadepasopati.com — Untuk mengenal dan memahami jejak perjuangan bangsa Museum Sepuluh Nopember menyelenggarakan kegiatan Kajian Publik Koleksi Peralatan dan Perlengkapan Militer Masa Revolusi Surabaya di Auditorium Museum Sepuluh Nopember Surabaya, pada Rabu (10/12/2025).

Kegiatan dihadiri berbagai kalangan oleh berbagai mulai Akademisi, Mahasiswa dari sejumlah Perguruan Tinggi, perwakilan komunitas dan pegiat sejarah. Beberapa komunitas yang turut berpartisipasi antara lain Komunitas Pecinta Sejarah Begandring Surabaya, Surabaya Combine Reenactor, Front Kolosal Surabaya, Roodebrugh, Redaksi Panjebar Semangat, Koordinator MKU UPN Veteran Jawa Timur, Dekan FISIP dan FIB Universitas Airlangga, Ketua Surabaya Vintage Community, serta Mahasiswa magang dari UPTD Museum.

Beberapa narasumber memberikan paparan dan pandangan, antara lain Charles E. Tumbel, putra dari salah satu pejuang kemerdekaan asal Surabaya dan merupakan pendiri Komunitas Facebook Gerakan Cinta Tanah Air (GCTA), menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan Kajian Publik di Museum Sepuluh Nopember. “Bahwa pelestarian koleksi peralatan militer masa Revolusi Surabaya memiliki nilai historis yang sangat penting serta menjadi wujud penghormatan kepada para pejuang yang telah mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsa,” tandas Charles.

Lebih lanjut Charles menjelaskan bahwa kecintaannya terhadap benda-benda bersejarah tumbuh dari keinginannya menjaga nilai-nilai perjuangan agar tetap hidup dalam ingatan masyarakat. “Melalui koleksi ini, saya berharap generasi muda semakin mengenal dan memahami jejak perjuangan bangsa,” ujar putra Alm. Pratu TRIP Benny Tumbel .

Dan sebagai bentuk komitmen, Charles telah menghibahkan lebih dari 100 koleksi pribadi kepada Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Serta pada tahun ini kembali menyerahkan 25 koleksi tambahan kepada museum.

Pendiri GCTA juga mengajak generasi muda untuk lebih dekat dengan sejarah melalui kunjungan ke museum, keterlibatan dalam komunitas pelestari budaya, serta berbagai aktivitas edukatif. Menurutnya, pemahaman sejarah tidak hanya menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan.

Nara sumber berikut nya, Yudi Mujiono, S.Pd., yang merupakan alumni Universitas Negeri Surabaya (UNESA), menekankan pentingnya dokumentasi, penelitian, dan kajian berkelanjutan terhadap koleksi museum. “Bahwa peralatan militer masa revolusi bukan sekadar artefak sejarah, tetapi juga merupakan sumber pembelajaran yang bernilai bagi dunia pendidikan dan penelitian,” jelas Yudi Mujiono.

Dan alumni UNESA ini berharap kegiatan serupa dapat digelar secara rutin untuk memperluas wawasan generasi muda sekaligus meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian sejarah dan budaya.

Sedangkan nara sumber Ahmad Zaki Yamani menjelaskan dan memaparkan sejumlah koleksi termasuk latar belakang serta asal-usul masing-masing koleksi yang dihibahkan oleh Charles E. Tumbel. “Beberapa koleksi tersebut berasal dari Jepang, Inggris, Soviet, Belanda, dan Amerika Serikat, yang masing-masing memiliki karakteristik dan sejarah tersendiri,” ungkap Ahmad Zaki. Penjelasan ini memberi wawasan lebih mendalam mengenai keragaman peralatan militer yang turut mewarnai perjuangan di Surabaya pada masa revolusi.

Kajian Publik yang membahas fungsi, nilai simbolis, serta sejarah berbagai koleksi militer masa Revolusi Surabaya berlangsung dengan penuh antusias dan ditutup dengan sesi diskusi interaktif antara para nara sumber dengan peserta. Dan hasil diskusi pada Kajian Publik diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi pemangku kepentingan untuk pengembangan program edukasi serta upaya pelestarian museum dan kesejarahan bangsa. (aa)