Eastside Miles & Milestones: Fun Run and Talkshow 2025 Gabungkan Gaya Hidup Sehat Serta Talkshow Inspiratif

SURABAYA | brigadepasopati.com — Eastside sukses menyelenggarakan acara unggulannya, “Miles & Milestones: Fun Run and Talkshow 2025,” yang menghadirkan 50 peserta dengan antusiasme tinggi. Bertempat di Moments Coffee and Space, pada Minggu (30/11/2025), acara ini menggabungkan kegiatan olahraga ringan dengan diskusi karier yang inspiratif, menegaskan komitmen Eastside dalam menjembatani kesenjangan antara teori akademik dan dunia kerja nyata.

“Eastside didirikan dengan tujuan menjembatani kesenjangan antara pembelajaran akademik dan pengalaman dunia nyata bagi Mahasiswa Universitas Airlangga,” ungkap Jeremia. Menyadari bahwa pendidikan formal sering menekankan teori daripada aplikasi, Eastside menghadirkan program pengembangan terstruktur, mentorship, dan kolaborasi industri untuk membangun mentalitas kompetitif serta kesiapan karier. Dan Eastside didirikan oleh Jeremia N Mataniari Hutabarat, Izza Abrar, dan Adzriel Shafaa Nur Yusuf, dan terus berkomitmen menghadirkan pengalaman pembelajaran berdampak tinggi bagi generasi muda.

Sesi talkshow menghadirkan dua pembicara terkemuka: Felicia Limantoro, Strategic Partner di sebuah Venture Capital ternama dan mantan profesional Deloitte Singapore; serta Ritz Chandra, CEO Sekreativ dan Equitiv AI. Diskusi dipandu oleh Juan Sebastian, Tax Manager di PwC, yang mengarahkan percakapan melalui serangkaian topik mendalam dan relevan bagi Mahasiswa maupun profesional muda.

Acara dibuka dengan topik The Origin Story, di mana Felicia membagikan perjalanannya dari dunia Big 4 menuju peran strategis di Venture Capital. Sementara itu, Ritz menjelaskan titik balik yang mendorongnya membangun Equitiv AI dan Sekreativ, termasuk celah pasar yang ia lihat saat itu.

Pada segmen Breaking In, Felicia mengungkapkan kualitas utama yang dicari Venture Capital ketika merekrut analis, menekankan pentingnya ketelitian analitis dan rasa ingin tahu. Dari perspektif founder, Ritz menambahkan bahwa talenta muda saat ini harus mampu memadukan

kompetensi teknis dengan kreativitas agar tetap relevan di industri yang bergerak cepat.

Diskusi kemudian beralih ke masa depan pekerjaan lewat topik AI & Masa Depan Analis, di mana Ritz membahas kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan analis keuangan junior. “Teknologi AI saat ini lebih berfungsi sebagai copilot alat bantu yang memperkuat kemampuan manusia meski arah perkembangan teknologi menuju otomatisasi penuh semakin jelas terlihat,” terang Ritz.

Felicia kemudian memberikan sudut pandang yang melengkapi dalam Human Judgment & Valuation, menegaskan bahwa dalam VC dan Private Equity, valuasi tidak hanya soal angka, tetapi juga seni, insting, dan penilaian manusia. “Saya percaya bahwa aspek judgment ini justru bisa menjadi hal yang semakin “mahal” dan tak tergantikan oleh teknologi,” tandas Felicia.

Perdebatan hangat terjadi pada topik Crypto & Blockchain. Ritz melihat blockchain sebagai infrastruktur teknologi masa depan yang tak terhindarkan, terutama dari perspektif AI dan integrasi data. Sebaliknya, Felicia menyoroti bahwa dari sudut pandang institusi investasi, aset digital masih berada di persimpangan antara kategori “speculative” dan “investable”.

Panel juga membahas pertanyaan klasik dalam Generalist vs Specialist. “Di ekosistem startup dan AI yang cepat berubah, menjadi generalis memberikan fleksibilitas dan keunggulan adaptasi,” ujar Ritz. Sebaliknya, Felicia menjelaskan bahwa dalam dunia finansial, spesialisasi sering memberikan keamanan karier dan profitabilitas jangka panjang yang lebih stabil.

Menuju penutupan, kedua pembicara memberikan One Final Advice untuk diri mereka saat masih Mahasiswa: berinvestasilah sejak dini baik dalam hal keuangan maupun pengembangan skill. Menurut keduanya, waktu, rasa ingin tahu, dan keberanian mengambil peluang adalah aset terpenting di awal perjalanan karier.