
JAKARTA | brigadepasopati.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah menyentuh level Rp17.000-an di pasar non-deliverable forward (NDF), mencerminkan ketegangan di pasar mata uang global yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor ekonomi baik domestik maupun internasional.
Dilansir dari Refinitiv, pada hari ini, Minggu (6/4/2025) pukul 08:10 WIB, nilai tukar mata uang Garuda telah mencapai Rp17.059/US$ atau merupakan posisi terendah sepanjang sejarah.
Pergerakan nilai tukar yang signifikan ini terjadi di tengah fluktuasi pasar global, di mana penguatan dolar AS dan ketidakpastian ekonomi global menjadi faktor pendorong utama. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan investor dan berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah yang kini diperdagangkan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa bulan lalu.
Ekonom dan analis pasar mencatat bahwa tekanan terhadap rupiah dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kebijakan moneter AS yang masih agresif dalam menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi domestiknya, serta ketegangan geopolitik yang terjadi di beberapa bagian dunia. Sementara itu, di Indonesia, meskipun Bank Indonesia (BI) terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi pasar dan kebijakan suku bunga, dampak dari ketidakpastian ekonomi global tetap memberikan tantangan besar.
“Fluktuasi rupiah terhadap dolar AS di pasar NDF mencerminkan besarnya ketidakpastian yang masih membayangi perekonomian global, serta dampaknya terhadap ekonomi domestik Indonesia,” ujar Dr. Anton Setiawan, ekonom senior di sebuah lembaga riset. Lebih lanjut, disampaikan, “Kondisi ini bisa memperburuk ketidakpastian yang sudah ada, terutama dalam sektor perdagangan dan investasi.”
Beberapa analis juga memperingatkan bahwa penguatan dolar AS dapat memperburuk beban utang luar negeri Indonesia yang berdenominasi dalam dolar, serta meningkatkan biaya impor barang dan energi, yang pada gilirannya dapat menambah tekanan inflasi domestik. (*)