
SURABAYA | brigadepasopati.com – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2025 bersama Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan, serta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan di Gedung Negara Grahadi, pada Jum’at (14/3/2025).
Rakor Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2025, di Moderator oleh Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak dihadiri juga Sekdaprov, serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Provinsi Jawa Timur. Bupati/Walikota, Sekda, Kepala Bappeda se Jawa Timur, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan Satgas Pangan Polda Jawa Timur.
“Alhamdulillah saat ini kondisi pangan di Jatim surplus dan aman. Mulai beras, jagung, kedelai, bawang merah, cabai rawit dan besar, bahkan Jatim produsen padi terbesar di Indonesia. Terima kasih juga kepada pak Menko telah memberikan atensi, suport ke Jatim selama ini,” Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dalam sambutan pembukaan Rakor Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2025.
Gubernur Khofifah, juga optimistis Jawa Timur dapat mempertahankan produksi padi tertinggi nasional pada 2025. Gubernur menargetkan produksi Gabah Kering Panen (GKP) mencapai 12,6 juta ton, sejalan dengan target Pemerintah Pusat. Optimisme ini didukung oleh upaya optimalisasi 488.379 hektare lahan kurang produktif melalui infrastruktur irigasi yang memadai. “Kita optimistis mencapai target peningkatan GKP sebanyak 12,7 juta ton jika 488.379 hektare lahan kurang produktif ini dapat dioptimalisasi dan terairi dengan baik,” kata Khofifah.
Jawa Timur secara konsisten menjadi Provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia selama lima tahun terakhir. Produksi padi Jawa Timur tercatat sebesar 9,94 juta ton GKP (5,74 juta ton beras) pada 2020, 9,79 juta ton GKP (5,65 juta ton beras) pada 2021, 9,53 juta ton GKP (5,5 juta ton beras) pada 2022, dan 9,71 juta ton GKP (5,61 juta ton beras) pada 2023.
Untuk mencapai target produksi, Khofifah menekankan pentingnya penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang tepat. Saat ini, panen masih dilakukan secara manual oleh kelompok tani (Gapoktan). Jika menggunakan combine harvester dan dryer, maka kehilangan hasil panen (loss) dapat dikurangi dan kualitas beras meningkat menjadi premium. “Ketika padi tidak mendapatkan pengeringan yang baik, kandungan airnya tinggi, sehingga broken meningkat. Akibatnya, yang semestinya premium bisa menjadi medium,” katanya.
Dukungan infrastruktur menjadi faktor kunci dalam ketahanan pangan, termasuk irigasi, bendungan,dan waduk. “Kami berharap Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan mendukung upaya ini,” kata Khofifah.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menekankan pentingnya stabilitas harga bahan pokok serta pengelolaan panen raya. Dimana dua hal utama dalam pengelolaan pangan, khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. “Saat ini harga sembako di Jawa Timur sangat baik, bahkan cenderung turun. Saya meminta Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, dan Wali ktota untuk memastikan kondisi ini tetap terjaga agar masyarakat dapat menjalani Ramadhan dan Lebaran dengan tenang dan bahagia,” ungkapnya. (*)