

SIDOARJO | brigadepasopati.com – Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melalui program Transformasi Teknologi dan Inovasi berhasil melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Sepande, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, yang berfokus pada penguatan daya saing dua produk unggulan Desa, yaitu tempe dan telur asin. Program ini mengusung judul “Penguatan Daya Saing Tempe dan Telur Asin Melalui Implementasi Teknologi Tepat Guna untuk Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Berkelanjutan Desa Sepande.”
Pelaksanaan kegiatan dipimpin oleh Agung Prijo Budijono dari Teknik Mesin UNESA sebagai Ketua Pelaksana, yang memegang peran utama dalam perancangan, instalasi, dan optimalisasi teknologi tepat guna yang diterapkan pada kedua klaster usaha. Di bawah koordinasinya, teknologi seperti Mesin 3P Movable untuk pengolahan kedelai, Rak Pemeraman Telur Asin, serta Lemari Pengukus Otomatis berhasil diproduksi dan dioperasikan langsung oleh pelaku usaha.
Dalam pelaksanaan kegiatan, Ketua Pelaksana dibantu oleh empat anggota tim Dosen. Muhamad Syariffuddien Zuhrie dari Pendidikan Teknik Elektro bertanggung jawab pada aspek kelistrikan, memastikan instalasi daya di lokasi mitra aman, efisien, dan sesuai kebutuhan mesin, sekaligus memberikan pelatihan troubleshooting dasar. Andre Dwijanto Witjaksono dari bidang Manajemen membantu meningkatkan kapasitas manajerial mitra melalui pelatihan pencatatan keuangan digital, analisis biaya produksi, serta penyusunan rencana usaha jangka panjang. Sementara itu, Riska Dhenabayu dari Bisnis Digital berperan dalam penguatan pemasaran digital melalui pelatihan penggunaan media sosial, pembuatan konten promosi, katalog produk, hingga strategi peningkatan penjualan di platform marketplace.
Selain Dosen, tim juga melibatkan Mahasiswa sebagai pendamping teknis. Nugraha Prasetya Derajat dari Teknik Mesin mendampingi operasional Mesin 3P Movable di klaster tempe. Agastya Vieri Oktavian dari Teknik Elektro membantu pengecekan instalasi listrik dan pemantauan kebutuhan energi mesin. Sementara Moch. Fahmi Mubarrok dari Teknik Mesin mendampingi proses produksi harian, memastikan SOP produksi tempe dan telur asin diterapkan dengan benar, serta mencatat perubahan kapasitas produksi sebelum dan sesudah penerapan teknologi.

“Kegiatan diawali dengan sosialisasi dan diskusi bersama Pemerintah Desa serta kelompok mitra dari Klaster Tempe dan Klaster Telur Asin,” ujar Agung Prijo, pada Senin (1/12/2025). Setelah itu, tim melaksanakan serangkaian pelatihan teknis yang melibatkan penggunaan langsung mesin-mesin yang telah dirancang. “Pada klaster tempe, pelatihan berfokus pada pengoperasian Mesin 3P Movable yang mampu memecah, mengupas, dan memisahkan kulit kedelai dalam satu rangkaian proses,” jelas Muhamad Syariffuddien. Teknologi ini menggantikan metode manual yang selama ini memakan waktu lama dan hasilnya tidak seragam.
“Sementara itu, pada klaster telur asin, pelatihan teknis dilakukan pada penggunaan Rak Pemeraman Telur yang berkapasitas besar, higienis, dan dilengkapi sistem pengendali suhu otomatis,” tambah Muhamad Syariffuddien. Pelatihan dilanjutkan dengan penggunaan Lemari Pengukus Telur Asin, yang memungkinkan pengukusan ratusan butir telur dalam satu kali proses dengan hasil yang lebih merata dan higienis dibanding metode dandang tradisional.
Selain pelatihan teknis, tim juga memberikan penguatan manajemen usaha dan pemasaran digital. “Para pelaku usaha diajarkan cara melakukan pencatatan keuangan berbasis aplikasi, menentukan harga pokok produksi, menyusun perencanaan usaha, serta mempromosikan produk melalui media sosial dan marketplace,” ungkap Andre Dwijanto. Proses pendampingan dilakukan secara intensif, termasuk monitoring dan evaluasi berkala untuk memastikan teknologi digunakan secara optimal dan berkelanjutan.

Hasil yang diperoleh dari program ini sangat signifikan. Mesin 3P Movable mampu meningkatkan kapasitas pengolahan kedelai hingga 50–60 kg per jam, sehingga produksi tempe meningkat dua kali lipat dibanding metode sebelumnya. Pada klaster telur asin, Rak Pemeraman dan Lemari Pengukus meningkatkan kapasitas produksi mingguan dari kisaran 200 butir menjadi 1.000–1.400 butir, sekaligus menurunkan tingkat kerusakan telur dari 10–15 persen menjadi di bawah 5 persen. Produk yang dihasilkan kini lebih higienis, konsisten, dan memenuhi standar pasar modern. “Selain peningkatan kapasitas, pemasaran berbasis digital mulai diimplementasikan oleh pelaku usaha, sehingga jangkauan penjualan tidak lagi terbatas pada wilayah Desa dan pasar tradisional,” kata Riska Dhenabayu.
Atas terselenggaranya program ini, tim pelaksana menyampaikan terima kasih kepada Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) yang telah memberikan dukungan pendanaan dan fasilitasi sehingga program dapat berjalan lancar dan memberikan dampak konkret bagi masyarakat Desa Sepande.
Dengan adanya inovasi teknologi tepat guna dan peningkatan kapasitas SDM, Desa Sepande kini semakin siap menjadi sentra produksi tempe dan telur asin yang modern, higienis, dan berdaya saing tinggi. “Program ini diharapkan menjadi model pengembangan UMKM Desa yang dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia,” pungkas Agung Prijo. (aa)