160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Mengenang Perjuangan Arek-Arek Suroboyo Dan Tewasnya Brigjen AWS Mallaby

750 x 100 AD PLACEMENT

SURABAYA | brigadepasopati.com – Ulah dari Pasukan Sekutu yang menutupi pengiriman (menyelundupkan) senjata kepada para pria mantan tawanan perangnya Jepang yang tinggal di Kota Surabaya, dengan seolah-olah sedang memindahkan wanita dan anak-anak Belanda serta obat-obatan di atas Truk-truk RAPWI, yang walhasil dibakar massa pada 28 Oktober 1945 membangkitkan kebencian warga Surabaya. Ditambah juga disebarkannya pamflet-pamflet melalui pesawat udara pada 27 Oktober 1945 yang berisikan perintah untuk menyerahkan segenap senjata yang dimiliki oleh warga Surabaya kepada AFNEI, yang menyakitkan hati.

 

Disamping itu Tentara Khusus milik kerajaan Inggris juga membobol dan membebaskan Kolonel PJG Huijer dari penjara Kalisosok pada engah malam 26 Oktober 1945 atau dini hari 27 Oktober 1945 yang menyinggung perasaan warga Surabaya. Plus desas-desus, bahwasanya WVC Ploegman yang tewas di Hotel Yamato sampai berani mengibarkan bendera Belanda disana (19 September 1945), lantaran sudah diangkat menjadi Walikota oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang menyusup di dalam AFNEI dan RAPWI, membuat arek-arek Suroboyo amat sangat marah serta bersiap-siap untuk hal-hal yang terburuk.

 

750 x 100 AD PLACEMENT

Kisah ini disampaikan pada 09 November 2024 untuk mengenang heroiknya Arek-Arek Suroboyo oleh Charles E. Tumbel, putra Alm. Pratu TRIP Benny Tumbel salah satu Pejuang Suroboyo yang sempat mengisahkan berbagai dinamika di era kemerdekaan sebelum beliau wafat pada tahun 2007.

 

“Pos-pos TKR semula bernama BKR, kemudian pada tanggal 05 Oktober 1945 berubah menjadi TKR dan ada di setiap RW se-Kota Surabaya yang sebelumnya telah memperkuat garis pertahanan, membuat barikade, mengumpulkan segala macam jenis senjata dan melakukan pelatihan kilat perihal penggunaan senjata api ringan maupun berat, yang dirampas dari markas-markas serta gudang-gudang milik Bala Tentara Jepang mulai melakukan penyerbuan”, ungkap Charles sesuai cerita Alm. Pratu TRIP Benny Tumbel.

 

750 x 100 AD PLACEMENT

TKR-P Staf III / Praban yang merupakan Markas Komando dari beberapa sekolah (gabungan) di sekitar jalan Praban, juga mengajak dan mengerahkan warga setempat (baik pria ataupun wanita, tua maupun muda) untuk menyerang markas-markas Pasukan Sekutu. Tentara Keamanan Rakyat – Pelajar yang disingkat TKR-P secara keseluruhan-pun mendapatkan tugas spesial dari Komandan TKR Kota Surabaya, Kolonel Sungkono (Alm. Mayjen Pur. Soengkono), terutama Mas Biek “Turet” (Alm. Mayjen Pur. Soebiantoro,) untuk membantu dan mendampingi Pak Matosin (Alm. Kapten Pur. Matosin) beserta kesatuannya.

 

Kesatuan Pak Matosin yang dinamakan Kompi Maling dan kelak menjadi “Penggempur Dalam” tatkala Kota Surabaya sudah dikuasai oleh Pasukan Sekutu, merupakan kesatuan yang unik. “Uniknya, karena kesatuan ini terdiri dari mantan narapidana yang buta huruf dan tugasnya adalah mencuri barang-barang yang vital milik musuh. Serta oleh sebab buta huruf itulah, jadinya para pelajar yang tergabung di dalam TKR-P spesial ditugaskan untuk Membantu plus Mendampingi-nya,” lanjut Charles. Hingga akhir hayatnya Pak Matosin di pertengahan tahun 1960-an, para Eks. BKR Pelajar Surabaya (nantinya pada tanggal 26 Januari 1946 menjadi Tentara Republik Indonesia – Pelajar / TRI-P di Malang) tetaplah berhubungan akrab.

 

750 x 100 AD PLACEMENT

Penduduk Surabaya yang telah “Spaneng” alhasil mendapatkan Lampu Hijau dari Komandan TKR Keresidenan Surabaya (Divisi VII), Jenderal Mayor Yono Sewoyo (Alm. Mayjen Pur. KRM Hario Jonosewoyo) untuk Memberikan Pelajaran kepada Pasukan Sekutu. “Setibanya di markas, sesudah melakukan pembakaran truk-truk RAPWI, Beliau (Alm. Ayah saya) dan 3 orang sahabatnya bersama kawan-kawannya yang lain yang tergabung di TKR-P Staf III / Praban memulai penyerbuan terhadap markas-markas Tentara Asing dari Perang Dunia II ini”, kata Charles Ketua Putra Putri Pejuang Surabaya.

 

Selanjutnya 2 hari, 2 malam pada tanggal 27 sampai 29 Oktober 1945 secara terus-menerus dan dari 6 penjuru mata angin, para Pejuang Surabaya melakukan penyerangan. Akhirnya Pasukan Sekutu yang kalah jumlahnya, menjadi kewalahan. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945 ketika nyaris tergencet habis, Brigjen AWS Mallaby mengajak Dr. Soegiri duduk di atas kap sebuah Mobil untuk berkeliling kota Surabaya demi menyerukan gencatan senjata.

 

Meneruskan ceritanya, “Alm. Ayah saya dan kawan-kawan yang sedang berada di Jl. Boeboetan (Bubutan) mendengar kabar tersebut kemudian bergegas menuju ke Gedung Internatio, yang menjadi Markas Utama dari Brigade Infanteri India ke 49 di Kota Surabaya. Sejujurnya, rakyat Surabaya tidak percaya dengan gencatan senjata itu dan beramai-ramai kesana untuk melihatnya, sekaligus buat mengusir Tentara Inggris yang dibonceng NICA keluar dari kotanya yang tercinta, Surabaya.

 

Pada hari sudah gelap dan Gedung Internatio terkepung parah, Pratu TRIP Benny Tumbel beserta kawan-kawannya yang telah letih-lesu-lapar (3L) serta kehabisan amunisi, beristirahat 100 meteran dari sana. “Tiba-tiba terjadi tembak-menembak, diikuti rentetan suara dari senjata berat di beberapa arah dan terdengar ledakan-ledakan dahsyat yang membuat Alm. Ayah saya cs sontak menyelamatkan diri, serta kembali ke markasnya di Jl. Praban”, lanjut Charles. Dan esok harinya tersiarlah kabar, bahwa Brigjen AWS Mallaby tewas pada malam yang remang-remang tersebut. Pada jaman dulu tidak seterang (banyak lampu) seperti jaman sekarang, jadinya sulit untuk memastikan yang sesungguhnya terjadi. Walaupun banyak yang menyatakan mengetahui, bahkan mengakui sebagai pelaku penembakan, tetapi pembuktiannya hampir tidak mungkin.

 

“Menurut Beliau, bisa jadi Cak Iyat (Alm. Lettu Pur. Moch. Achijat) ataupun Mas Biek “Turet” (Alm. Mayjen Pur. Soebiantoro) yang posisinya terdekat dengan Brigjen AWS Mallaby maupun orang lain. Malahan bisa-bisa “Friendly Fire” dari Pasukan Sekutu sendiri”, ujar Charles sebelum mengakhiri cerita nya. Yang jelas sesudah Pertempuran 3 Hari yang menewaskan Brigjen AWS Mallaby, para pejuang dari berbagai daerah, berbondong-bondong datang ke kota Surabaya untuk membantu perjuangan arek-arek Suroboyo dan perang mati-matian telah menunggu. Maka cukuplah cuma dengan 1 kalimat saja, Putung Rawe-rawe Rantas, Malang-malang Putung!.

750 x 100 AD PLACEMENT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kamu mungkin juga suka
930 x 180 AD PLACEMENT