

SURABAYA | brigadepasopati.com – Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-38 bawa kabar baik bagi Universitas Airlangga (UNAIR). Tim Curhatorium, yang mengusung inovasi platform Gamified Peer-support Community untuk kesehatan mental generasi muda, berhasil meraih medali perunggu pada kategori poster skema PKM K-1.
Tim yang terdiri dari lintas disiplin ilmu ini terdiri dari Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Usamah, Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) Ni Putu Adina Saridewi dan Carin Ongwinata, serta Mahasiswa Fakultas Vokasi (FV) Ah. Dliyaul Adlha Jamalul Lail dan I Gede Arya Saputra. Mereka berkolaborasi mengembangkan Curhatorium, platform yang menggabungkan dukungan sosial sebaya dan elemen gamifikasi guna meningkatkan kesejahteraan mental anak muda.
Curhatorium hadir dari hasil riset tentang kebutuhan remaja dalam penanganan kesehatan mental. Temuan menunjukkan bahwa banyak orang sebenarnya ingin bercerita, namun tidak selalu memiliki teman dekat untuk menjadi tempat curhat. Selain itu, tidak semua orang bisa berhadapan langsung dengan tenaga profesional. “Peer-support menjadi pendekatan yang paling relevan karena kita menemukan bahwa banyak orang butuh didengarkan oleh teman, bukan hanya profesional. Tetapi tidak semua memiliki akses teman dekat yang bisa menjadi ruang aman,” jelas Usamah mewakili timnya, pada Senin (1/12/2025).
Curhatorium menawarkan solusi melalui komunitas peer-support dengan aktivitas interaktif berbasis gamifikasi. Seperti kesejahteraan mental, journaling, konsultasi, serta berbagai misi yang dapat menghasilkan XP (experience points). Pengguna bisa meningkatkan level dan mendapatkan lencana unik, sehingga pengalaman dukungan mental menjadi lebih menarik, ringan, dan akrab bagi generasi muda.
Dalam kategori poster PKM-K, Curhatorium menonjol berkat visualisasi yang sepenuhnya original. Seluruh elemen gambar dibuat sendiri oleh tim, menghadirkan nuansa kartun yang komunikatif dan sesuai dengan karakter platform layanan.
“Untuk poster PIMNAS, kuncinya adalah memahami seni navigasi visual, mana poin yang harus dibuat sebagai center. Di PIMNAS, penekanannya sangat pada substansi, sehingga kita harus memastikan pesan yang krusial tersampaikan,” ujar Usamah. Ia juga menekankan bahwa meski tim sudah memaksimalkan visual dan isi, keputusan akhir tetap berada pada penilaian Juri yang memiliki standar tersendiri.
Karena Curhatorium merupakan platform berbasis jasa, tim menganggap penting untuk mampu memvisualkan service experience dalam bentuk poster, bukan sekadar konsep. Pendekatan visual yang kuat dan relevan menjadi kunci keberhasilan mereka meraih medali Perunggu.
Prestasi medali Perunggu ini menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas Fakultas dapat menghasilkan inovasi berdampak, terutama dalam isu krusial seperti kesehatan mental. Ke depan, tim Curhatorium berkomitmen untuk terus mengembangkan platform mereka agar dapat menjadi ruang aman bagi lebih banyak anak muda Indonesia. (*)