

MAGETAN | brigadepasopati.com – Sampah plastik yang selama ini menjadi masalah besar di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro, Kabupaten Magetan, kini disulap menjadi sumber pendapatan baru. Tim Dosen dan Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menghadirkan inovasi berupa mesin pencacah sampah plastik yang dilengkapi Plastic Water Cleaner, sehingga limbah plastik dapat diolah lebih cepat, higienis, dan bernilai jual tinggi.
Pondok Pesantren dengan lebih dari 24 ribu santri ini menghasilkan sampah hingga 10 ton per hari, mayoritas berasal dari kemasan makanan dan botol minuman. Selama ini, sebagian besar hanya dibakar atau ditimbun, menimbulkan pencemaran lingkungan.
“Dengan mesin ini, plastik bisa dicacah lebih rapi, dibersihkan, dan langsung siap dijual ke pengepul atau industri daur ulang. Nilai ekonominya meningkat, sementara lingkungan Pesantren jadi lebih bersih,” jelas Dra. Winarsih, M.Kes., Ketua Tim Pengabdian UNESA, pada Senin (1/12/2025).
Program ini merupakan bagian dari Pengabdian kepada Masyarakat Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dengan total pendanaan sebesar Rp 46.250.000,00.

Dalam pelaksanaan program, Dra. Winarsih, M.Kes. bertugas sebagai Ketua sekaligus koordinator kegiatan dan penanggung jawab manajemen pengelolaan sampah. Bima Anggana Widhiarta Putra, S.Pd., M.Pd. berperan sebagai perancang mekanikal mesin serta penanggung jawab proses manufaktur dan uji fungsi alat, sementara Fendi Achmad, S.Pd., M.T. menangani bagian kelistrikan dan sistem kontrol mesin. Kegiatan ini juga melibatkan Mahasiswa Mochamad Nur Rochman dan Moch. Fahmi Mubarroq dari Prodi Teknik Mesin UNESA yang turut membantu pada tahap desain, perakitan, pelatihan, dan dokumentasi lapangan.
Serangkaian aktivitas yang dilakukan meliputi survei dan identifikasi permasalahan pengelolaan sampah di lingkungan Pesantren, perancangan dan pembuatan mesin pencacah plastik dengan sistem pembersih air, pelatihan penggunaan mesin dan manajemen pengelolaan sampah bagi para santri, serta pendampingan dalam pemasaran hasil cacahan plastik agar bernilai ekonomi. “Tim juga mengadakan sosialisasi dan edukasi tentang ekonomi sirkular dan teknologi hijau kepada Pengurus Pondok serta masyarakat sekitar untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan,” ungkap Bima Anggana.
Inovasi ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada aspek konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta inovasi dan teknologi ramah lingkungan. “Dengan penerapan teknologi tepat guna ini, Pondok Pesantren Al-Fatah berpotensi membentuk unit usaha mandiri yang berkontribusi pada ekonomi lokal serta menjadi role model pesantren hijau di Indonesia,” ujar Fendi Achmad.
“Harapannya, Al-Fatah dapat menjadi Pesantren mandiri yang tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga berdaya secara ekonomi dan peduli lingkungan,” tambah Winarsih.
Tim pelaksana menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) atas dukungan pendanaan dan pendampingan yang memungkinkan terselenggaranya program ini. “Melalui inovasi ini, santri Al-Fatah tidak hanya berperan sebagai pelajar, tetapi juga agen perubahan dalam menjaga bumi dan menciptakan peluang ekonomi baru dari pengelolaan sampah plastik,” pungkas Winarsih. (aa)