

SURABAYA | brigadepasopati.com – Delegasi Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengukir prestasi internasional dengan memborong tiga penghargaan dalam ajang The 4th AUN ASEAN Experiential Learning Programme (AELP) 2025. Acara yang diselenggarakan oleh ASEAN University Network (AUN) bersama Prince of Songkla University (PSU) itu berlangsung pada Senin-Jum’at (3–7/11/2025) di Songkhla, Thailand.
Empat delegasi resmi UNAIR yang berpartisipasi adalah Abu Shidqi Alhafiz dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Cinta Tri Cahyani Heksa dan Najwa Aurora Sanfika dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK), serta Muhammad Ryan Zulfik dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM).
Program AUN AELP kali ini mengusung tema Singora to Songkhla: Exploring the Past and Future. Rangkaian kegiatan dirancang intensif untuk menggabungkan pemahaman teori dan praktik lapangan. Para peserta tidak hanya mendapat materi kuliah mengenai sejarah Songkhla dan keberlanjutan, tetapi juga terjun langsung ke lapangan, lokakarya budaya, dan interaksi komunitas.
Seluruh kegiatan berlangsung di berbagai titik penting, seperti Prince of Songkla University (PSU), Songkhla Old Town, dan Sultanate of Singora Heritage Site. Para delegasi UNAIR turut didampingi oleh Indah Tri Imayati, S.Hum. selama program berlangsung.

Puncak program adalah sesi presentasi kelompok yang menjadi komponen penilaian utama. Tim Juri terdiri dari panel akademik Prince of Songkla University (PSU) dan perwakilan AUN Secretariat, termasuk evaluator dari ASEAN Student Affairs Network (AUN-SAN).
Dalam sesi krusial inilah, Group 1 yang beranggotakan delegasi UNAIR, Abu Shidqi Alhafiz dan Cinta Tri Cahyani Heksa, berhasil mendominasi perolehan penghargaan. “Sangat tidak menyangka, Group 1 berhasil meraih tiga penghargaan sekaligus, yaitu Best Presenter Award, Best Quiz Kahoot Award, dan Best “Old Town Shutter” Award,” ungkap Abu Shidqi Alhafiz, salah satu delegasi, pada Kamis (13/11/2025).
Abu mengatakan, kemenangan Best Presenter diraih berkat karya komprehensif Group 1 yang berjudul, Harmony in Diversity: Social Cohesion in Songkhla’s Multicultural Society. Karya tersebut secara mendalam menganalisis dinamika unik yang menjaga keharmonisan masyarakat multikultural di Songkhla, yang terdiri dari beragam etnis dan agama.
Untuk mendapatkan data, mereka menerapkan pendekatan sosial-budaya berbasis observasi lapangan dan melakukan wawancara langsung dengan komunitas lokal di Songkhla Old Town. Prestasi itu membuktikan kualitas riset, kolaborasi internasional, serta kemampuan presentasi yang unggul dari para delegasi. “Bagi saya, ini bukan sekadar kompetisi, tapi pembentukan jejaring. Kami belajar langsung isu sosial dan ekonomi di Thailand. Pengalaman ini sangat relevan untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dan kolaborasi lintas negara,” tutup Abu.(*)