
SIDOARJO | brigadepasopati.com – Proses evakuasi korban ambruknya Mushola Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, hingga di hari ke-2, Selasa (30/9/2025) masih terus berlangsung. Berdasarkan laporan resmi dari berbagai media, sedikitnya tiga santri dinyatakan meninggal dunia, puluhan lainnya mengalami luka-luka, dan puluhan santri masih dalam pencarian di bawah reruntuhan. Total korban terdampak diperkirakan mencapai 98 hingga lebih dari 100 orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 26 korban masih dirawat di berbagai rumah sakit rujukan, lebih dari 70 korban telah dipulangkan setelah mendapat perawatan, dan sekitar 91 orang masih dalam proses pencarian oleh tim SAR.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD Jawa Timur, TNI/Polri, relawan, serta masyarakat setempat, menggunakan metode manual maupun alat berat untuk mengevakuasi korban. Dari data terbaru, korban luka yang ditangani di RSUD Sidoarjo mencapai 40 orang, dengan 7 di antaranya luka berat, 4 luka sedang, 28 luka ringan, sementara 29 di antaranya sudah diperbolehkan pulang. Tiga korban meninggal dunia telah teridentifikasi, yakni Mochammad Mashudulhaq (14 tahun), Muhammad Soleh (22 tahun), dan satu korban lain yang lebih dahulu dinyatakan meninggal.
Dalam kunjungannya ke lokasi, Bupati Sidoarjo, H. Subandi, menyampaikan belasungkawa yang mendalam sekaligus menegaskan bahwa pencarian akan dilakukan sampai seluruh korban ditemukan. Bupati juga menyebut dugaan awal bahwa bangunan Mushola tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) dan konstruksi tidak sesuai standar teknis. “Saya tanyakan izin-izinnya mana, tetapi ternyata nggak ada … konstruksi tidak standar, jadi akhirnya roboh,” ujar H. Subandi.
Dari sisi nasional, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa peristiwa ini dikategorikan sebagai bencana kegagalan teknologi akibat penerapan teknik konstruksi yang tidak memenuhi standar keamanan. Abdul Muhari menegaskan pentingnya pengawasan yang lebih ketat dalam pembangunan fasilitas pendidikan dan keagamaan agar peristiwa serupa tidak terulang.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang juga meninjau langsung lokasi, memastikan seluruh biaya pengobatan korban ditanggung oleh Pemerintah. Khofifah menekankan pentingnya kehati-hatian dalam proses penyelamatan agar tidak menimbulkan runtuhan susulan. “Kami pastikan seluruh korban mendapat penanganan medis yang layak, baik di rumah sakit Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi,” ungkap Khofifah.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berkoordinasi dengan BNPB, Basarnas, dan aparat terkait untuk mempercepat proses pencarian serta penanganan korban. Masyarakat diimbau tetap tenang, tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, dan turut mendoakan keselamatan para santri yang masih dalam proses pencarian. (*)